Senin, 05 Desember 2011

Yang Tertinggal


Yang Tertinggal 

“Pulanglah anakku....kami menunggumu disini”
            Aku terbangun karena mimpi itu lagi. Setiap malam aku selalu dihantui mimpi itu sejak kedua orangtuaku meninggal karena kecelakaan. Dengan keringat yang membasahi seluruh tubuh aku berusaha mengingat kata-kata itu yang terus terngiang. Apa maksud ini semua?
“Kamu mimpi lagi,Luna?” Kata Tante Ima. Adik Bunda.
“Iya Tante...” Sahutku.
“Mungkin itu hanya bunga tidur saja. Ya udah tidur aja lagi dan jangan lupa berdoa dulu”
            Sejak Ayah dan Bunda tiada aku tinggal bersama Tante Ima dan Tante Ina. Mereka adalah adik Bunda dan tidak menikah. Aku berusaha untuk tidur lagi tapi aku tidak mampu memejamkan mataku lagi sampai subuh.
“Lun,nanti kami tidak bisa menjemputmu dan kami ada urusan bisnis dikota sampai besok. Kamu ngga apa-apa kami tinggal sendiri sama Bi Ijah”
“Iya Tante. Ohya Tante,pulang sekolah Luna mau kerumah Luna yang dulu”
“Ngapain kesana,Lun?” Tanya Tante Ima.
“Luna kangen rumah,Tante”
“Biarin aja Mbakyu. Mungkin Luna ingin lihat rumahnya” Sahut Tante Ina.
“Ya udah tapi jangan sampai kamu nginap disana. Kan ngga ada orang disana”
“Iya Tante. Terima kasih Tante”
“Iya sayang...ayo kita berangkat sekarang. Ntar kamu telat masuk sekolahnya”
            Disekolah aku tidak berkonsentrasi dengan perkataan Bu Aidah. Guru Kimiaku yang sedang ceramah didepan kelas. Aku masih teringat mimpi yang selama ini menghantui mimpiku.
“Lun,kamu kenapa sih akhir-akhir ini kelihatan ngga bersemangat” Tanya Sarah teman sekelasku.
“Entahlah Sar. Aku bingung..”
“Bingung kenapa..coba kamu cerita mungkin aku bisa bantu kamu?”
“Ini aneh,Sar. Aku ngga yakin kamu bisa paham”
“Ya udah cerita aja..”
“Sejak kematian orangtuaku. Aku tinggal bersama adiknya Bunda...”
“Apa mereka menyiksamu....?”
“Tidak. Mereka tidak pernah menyiksaku malahan mereka sangat sayang denganku..”
“Terus masalahmu apa?”
“Aku selalu bermimpi sejak aku tinggal bersama meraka”
“Mimpi? Kamu mimpi apa,Lun?”
“Didalam mimpiku itu ada dua orang yang menyuruhku pulang tapi aku ngga lihat siapa mereka. Mereka terlihat samar-samar. Setiap malam aku selalu mimpi itu yang menyuruhku pulang”
“Mungkin kamu disuruh pulang kerumahmu yang dulu,Lun. Siapa tahu saat kamu sudah datang kesana. Kamu tidak dihantui mimpi itu lagi”
“Aku mau kesana sepulang sekolah ini”
“Mau aku temani...”
“Biar aku sendiri yang kesana...”
            Rumah ini tidak berubah sejak aku tinggalkan tiga bulan lalu. Aku merasa rindu dengan ayah bundaku. Selama tujuhbelas tahun aku tinggal disini bersama orangtuaku tapi kini terenggut oleh kematian. Aku berjalan diseluruh ruangan yang semakin mengingatku pada ayah dan bunda yang selalu menemani belajar dimeja makan ini. Aku memasuki kamar tidurku. Sudah lama aku tidak kesini. Akupun juga masuk kekamar ayah dan bunda dimana waktu aku kecil aku sering menyelinap masuk kekamar mereka dan tidur bersama mereka. Tanpa terasa aku menangis menahan kerinduanku pada mereka. Aku pun tertidur..
“Kembalilah sayang..Pulanglah bersama kami. Kami sangat merindukanmu”
Aku terbangun karena terkejut..
“Ayah...Bunda...Luna sudah pulang. Apakah itu kalian yang memintaku pulang?” Sahutku...
Rumah Tante Ina
“Tante,Luna ingin bicara sama kalian berdua”
“Iya sayang. Ada apa?”
“Tante,Luna ingin pulang kerumah Luna yang dulu”
“Kamu tidak senang tinggal bersama kami,sayang?”
“Itu Tante....Luna ingin tetap tinggal disana...”
“Maaf Luna. Kami tidak bisa mengabulkan permintaanmu”
“Tapi kenapa Tante....”
“Luna,rumahmu itu sudah disita oleh bank”
“Disita......?
“Iya sayang. Ayahmu mempunyai banyak utang dibank sejak usahanya bangkrut sehingga bank menyita rumah itu. Maafkan kami sayang. Kami tidak bisa mengembalikan rumah itu?”
            Ayah mempunyai hutang dibank? Mengapa mereka tidak pernah cerita ini padaku bahkan setelah mereka tiada. Apakah itu aku tidak bisa pulang lagi kerumah itu? Semalaman aku menangis tanpa sadar aku tertidur ..
“Maafkan kami sayang. Kami harus melakukannya demi kebaikanmu. Ayah dan Bunda ingin membuatmu bahagia...Pulanglah sayang...”
            Lagi-lagi aku terbangun karena mimpi yang sama tapi hari ini aku dapat melihat dengan jelas mimpiku itu. Didalam mimpi itu aku bersama dua orang yang tidak aku kenal. Kami menanam sesuatu disana. Sebuah kotak peti kecil. Kami menguburnya didalam tanah dan sesudah itu kami masuk kesebuah rumah yang sangat rindang dan teduh yang berwana hijau lumut tapi aku tidak tahu rumah siapa itu dan siapa mereka.
“Kamu bermimpi itu lagi,Lun?” Tanya Sarah waktu istirahat sekolah.
Aku hanya mengangguk.
“Begiini aja Lun. Bagaimana kalau kita tanya sama orang pintar saja?”
“Tapi kita kan boleh datang ketempat itu,Sar”
“Tapi kita kan ngga nyantet orang. Kita kan cuma tanya arti mimpimu itu?
“Janji loh ya. Hanya bertanya aja...”
“Iya nona manis. Ntar aku hubungi kamu lagi,oke”
“Ayah....kenapa kita mengubur kotak itu?”
“Dikotak itu ada sesuatu yang sangat berharga,sayang”
“Terus kapan kita boleh membukanya?”
“Kalau kita membutuhkannya. Jadi pulanglah kerumah ini ketika kau sudah dewasa nanti”
“Luna....Luna....bangun sayang..” Kata Tante Ina dan Tante Ima.
“Kamu bermimpi buruk lagi..” Sahut Tante Ina.
“Iya Tante...”
“Apa kamu masih teringat orangtuamu? Tanya Tante Ima.
Aku hanya tersenyum.
“Maafkan Luna,Tante...”
“Kami maklum sayang....”
            Sebenarnya mimpi apa aku ini? Aku melihat didalam mimpi itu ada seorang anak kecil yang wajahnya tidak asing bagiku. Gadis kecil itu sedang menguburkan sebuah kotak kecil berwarna hitam bersama ayahnya tapi aku tidak bisa melihat apa isi kotak itu?
            Hari ini aku bersama Sarah ketempat orang pintar untuk menanyakan arti mimpiku ini.
“Ada apa nona-nona datang kesini...” Tanya seorang pria tua dibelakang kami yang menbuat kami terkejut.
“Ka...mi....ma..u tanya ses...suatu,pak” Jawab kami gugup
“Maryam.......” Sahut pria tua itu dihadapan kami
“Maaf kakek. Kami bukan Maryam....”
“Ehm....maafkan saya karena wajahmu sama seperti seseorang yang saya kenal” Jawabnya sambil menunjuk kepadaku.
“Saya tahu maksud kedatangan kalian kesini. Anak ini mengalami mimpi yang menganggunya selama ini kan..”
“Loh kakek ini hebat....” Celetuk Sarah
“Namanya juga orang pintar....” Sahutku berbisik..
“Saya bukanlah orang pintar atau semacamnya tapi saya bisa melihat dan membaca pikiran manusia...”
“Terus apakah kakek bisa membantu saya....” Sahutku..
“Tentang arti mimpi itu ada hubungannya dengan masa lalumu...carilah dulu masa lalumu itu maka kau akan bisa mengetahuinya...”
Kami hanya terdiam karna bingung.
“Saya ngga ngerti maksud kakek....?” Tanyaku bingung.
“Maaf saya tidak bisa membantumu,nak. Bukannya saya sudah mengatakannya bahwa saya bukan orang pintar....”
Kami berlalu pergi dari hadapan kakek itu dengan pikiran yang masih bingung..
”Akhirnya kau datang....” Kata kakek itu sambil masuk kerumahnya.
“Emang kau punya masalalu yang buruk,Lun...” Tanya Sarah didalam mobil.
“Aku ngga punya masalalu seperti itu,Sar...”
“Maksud kakek itu apa sih...” Gerutu Sarah
“Sudah biarin aja Sar. Ntar ya hilang sendiri...”
“Apa kita mau ke orang pintar lagi...’Tanya Sarah.
Aku menggeleng..
“Loh...Lun itu kan rumahmu kok sekarang malah jadi milik pihak bank..” Kata Sarah sambil menunjuk rumahku yang dulu.
“Iya...sekarang rumah itu sudah jadi milik bank...” Sahutku sedih.
Sarah menepuk bahuku pelan.
Rumah ini milik Bank...
Aku melihat rumah itu dengan perasaan sedih karena selamanya aku tidak akan memiliki rumah itu lagi.
“Kemarilah sayang..datang kesini. Kami menunggumu disini...”
            Lagi...aku terjaga dari tidurku. Entah kenapa semakin lama mimpi itu terus datang dalam tidurku. Semakin lama mimpi itu semakin jelas. Didalam mimpi itu aku melihat gadis kecil itu lagi bersama orangtuanya. Mereka terlihat sangat bahagia dan bermain dibawah pohon yang rindang. Kemudian mereka masuk kerumah itu dan menoleh kebelakang sambil tersenyum. Senyuman yang sangat bersahaja dan lembut. Melihat senyuman mereka aku merasakan sebuah keluarga yang hangat.
            Hari ini Sarah mengajakku jalan-jalan dengan mobilnya. Untuk menghilangkan stres sehabis ujian. Kami sedang menuju desa tempat tinggak kakek nenek Sarah. Aku pernah kerumah mereka tapi itu dua tahun yang lalu waktu kita liburan.
“Stop....Sarah...” Kataku tiba-tiba.
“Ada apa Lun....?” Tanya  Sarah kaget.
“Itu rumah siapa,Sar?” Tanyaku karena rumah itu mirip didalam mimpiku.
“Kamu ini...kagetin aku aja...kukira ada apa?” Jawab Sarah sambil melajukan mobilnya.
“Menurut Kakekku..rumah itu milik sebuah keluarga kaya tapi mereka sudah meninggal puluhan tahun lalu. Kabarnya mereka meninggal karena kepikiran anaknya yang dibawa lari...” Lanjut Sarah.
“Diculik maksudmu...”
“Entahlah..Lun. Sampai sekarang anak itu ngga pernah ditemukan. Kamu tahu rumah itu sudah berusia berapa?”
Aku menggeleng..
“Menurut kabar yang aku dengar. Rumah itu sudah berusia lebih dari lima puluh tahun. Ngga ada satupun orang sini yang mau membongkarnya karena kata orang sekitar desa ini rumah itu ngga bisa dirobohkan oleh apapun juga. Siapapun yang yang berani pasti akan celaka. Mistik ya...”
Aku mendengar penjelasan Sarah sambil bengong.
“Nah kita sudah sampai....”
            Malam ini kami bercerita sambil makan singkong rebus buatan nenek Sarah. Kakek bercerita bahwa rumah yang aku lihat adalah sebuah rumah yang dimiliki orang ningrat yang sangat baik tetapi suatu hari anak satu-satunya yang berumur sepuluh tahun diambil oleh orangtua kandungnya.
“Jadi mereka bukan orangtua kandungnya..?” Tanyaku antusias..
“Iya. Mereka menemukan bayi itu didepan rumah mereka pada malam hari. Mereka sangat bahagia karena selama ini mereka tidak bisa mempunyai keturunan karena ada penyakit yang diderita oleh istrinya. Mereka sangat menyayangi anak itu tapi kebahagian mereka tidak bertahan lama karena anak itu diambil paksa oleh orangtuanya yang selama ini ternyata anak itu diculik”
“Darimana mereka tahu itu anak mereka,Kek?” Sahut Sarah penasaran..
“Karena anak itu punya ciri-ciri yang sangat dikenali orangtuanya. Anak itu punya tanda dipangkal lulutnya”
“Terus Kek apa yang terjadi selanjutnya...” Tanyaku..
“Setelah anak itu dibawa orangtua kandungnya. Mereka sangat kesepian dan mengurung diri dirumahnya tapi suatu hari saat mereka ingin menjenguk anaknya dikota. Mereka kecelakaan dan menewaskan mereka sebelum mereka bertemu anaknya..”
“Kasihan ya Kek...” Jawab Sarah....
“Kata Sarah rumah itu tidak bisa dirobohkan...” Kataku sambil melirik Sarah yang makan singkong.
“Iya yang dikatakan Sarah memang benar. Sampai sekarang rumah itu ngga bisa dirobohkan oleh apapun. Mungkin mereka ingin rumah itu jadi milik anaknya tapi sayang anaknya meninggal karena sakit saat berusia duabelas tahun”
“Kok kakek tahu semua sih...” Kata Sarah..
“Karena ayah kakek adalah teman anak itu...” Jawab nenek dari belakang.
“Benar itu Kek...” Tanyaku...
“Iya Nak Luna. Anak itu teman ayah kakek. Pertama kali kakek melihatmu kakek kira kau adalah dia karena wajahmu sangat mirip dengannya...”
“Ah..kakek ini. Aneh deh ya ngga mungkin Luna teman ayah kakek itu. Emang itu sudah berapa tahun kejadiannya,Kek?” Celetuk Sarah..
“Kejadian sudah tujuhpuluh lima tahun yang lalu. Tumben kamu tanya,Sarah. Wah cucu kakek ini sudah pintar ya tanya-tanya”
“Kan sayang Kek rumah itu dibiarkan seperti itu. Surat rumahnya apa hilang sehingga tidak ada yang mau ambil alih?” Tanyaku..
“Itulah yang sampai sekarang kami warga sini tidak menemukan surat itu. Ayo sudah malam waktunya kita tidur....”
“Datanglah kesini sayang. Kami sudah menunggu kedatanganmu”
            Mimpi itu selalu datang dimanapun aku berada. Akhirnya aku tidak bisa memejamkan mataku lagi. Aku berjalan-jalan mengelilingi rumah kakek Sarah tanpa sadar aku melihat sebuah foto masa kecil Sarah bersama gadis kecil yang membuatku terkejut gadis kecil itu sama didalam mimpiku.
“Loh kamu kok udah bangun,Luna...” Tanya Sarah...
“Kamu sama siapa didalam foto ini...” Kataku sambil memperlihatkan foto itu kepada Sarah.
“Itukan kamu,Luna...”
“Aku? Ngga mungkin Sar. Kita berteman kan waktu SMA?”
Saat itu juga Sarah menyadari bahwa sebenarnya mereka berteman sejak kecil karena kecelakaan lima tahun silam yang membuat Luna hilang ingatan masa kecilnya.
“Kamu bohong kan,Sar?”
“Luna,maafkan aku. Selama ini aku menyembunyikan rahasia ini”
“Rahasia apa? Aku ngga mengerti maksudmu”
“Sebenarnya kita sudah saling kenal sejak kita kecil tapi kamu mengalami kecelakaan lima tahun silam yang merenggut semua ingatan masa kecilmu. Menurut dokter kamu hanya mengingat masa dimana kamu masih SMP dan waktu itu kita tidak bersekolah ditempat yang sama sehingga kau tidak mengenalku”
            Seketika itu kepalaku berputar dan ingatan itu kembali lagi. Mobil merah yang menabrakku sehingga aku terpelanting jauh. Ya aku ingat sekarang..mengapa semua orang seakan mengenalku tapi sebelum aku bisa mengingatnya jauh aku terjatuh pingsan.
“Ayah...bolehkah Arimbi membuka kotak itu sekarang”
“Belum waktunya sayang.....”
“Kapan aku bisa membukanya...”
“Ketika kau sudah dewasa...”
“Arimbi Putri,berjanjilah pada Ayah. Arimbi akan kembali lagi kesini untuk membuka kotak ini walau Ayah atau Bunda sudah tiada”
“Iya Ayah. Arimbi janji.......” 
“Akhirnya kau sadar,Nak” Kata Nenek sambil mengelap keringatku.
“Kek,siapa nama teman Ayahnya Kakek itu....?” Kataku tiba-tiba sambil melihat kakek.
“Namanya....Arimbi Putri Prabuwijaya”
“Kenapa kamu ingin mengetahuinya?”
“Kek,bisa anterkan Luna kerumah itu?”
Kakek mengangguk....
            Setibanya aku dirumah itu. Aku melihat rumah itu sama persis seperti didalam mimpiku. Rumah yang bercat hijau lumut dan disamping gasebo ada pohon beringin yang juga ada dalam mimpiku.
“Akhirnya kau datang.....anakku? Datnaglah kemari.....”
            Aku mendengar suara yang tak asing bagiku persis didalam mimpi. Tanpa sadar aku melangkah kearah pohon itu dan segera mengambil cangkul yang dibawa kakek.
“Kamu ngapain Luna...” Kata Sarah mencegahku...
“Biarkan saja,Sarah....” Sahut Kakek
            Akupun segera mencangkul tanah itu sampai kedalam dan aku terkejut karena didalam tanah itu ada sebuah kotak peti kecil berwarna hitam. Aku segera membuka kotak itu dan menemukan sepucuk surat yang sudah lusuh dan terlebih lagi yang membuatku terperanjak adalah aku menemukan surat rumah ini beserta tanahnya.
“Ternyata selama ini Tuan Prabu menyimpan surat-suratnya didalam tanah” Kata Kakek
Aku segera membaca surat itu...
Arimbi sayang,Ayah tahu kau akan datang walau itu membutuhkan waktu yang lama. Rumah ini dan isinya adalah milikmu sekarang....
“Tapi aku bukan Arimbi?”
“Iya kau memang bukan Arimbi tapi kau adalah keturunannya,Nak?” Sahut seseorang dari arah belakang.
“Kakek......”Kami terkejut karena kakek itu adalah orang pernah kami temui.
“Darimana kakek tahu...” Kataku..
“Ketika kau datang kerumah saya waktu itu. Arimbi adalah nenek buyutmu,nak”
“Bukannya Arimbi meninggal waktu dia berusia dua belas tahun?” Tanya Kakek Sarah
“Itu salah. Arimbi meninggal diusianya yang kedua puluh saat dia melahirkan nenekmu. Keluarga Arimbi merahasiakan kematian tuan Prabu kepadanya dan memberitahukan kepada semua orang bahwa Arimbi meninggal agar Arimbi tidak dicari oleh orang-orang yang berusaha mencari surat wasiat Tuan Prabu berupa rumah ini dan tanah yang ada dibelakang rumah ini” Lanjut Kakek itu.
“Jadi arti mimpiku itu...”
“Iya Nak,orang yang kau temui dalam mimpimu itu adalah orangtua angkat Arimbi yang selama ini menunggu kedatangan keturunan Arimbi dan hanya kau yang mempunyai tanggal lahir yang sama dengan Arimbi. 20 April kan....”
“Iya...tapi kenapa kakek mengetahuinya? ’
“Karena kakek adalah teman nenekmu. Maryam...dan nenekmu juga mengalami mimpi yang sama tapi nenekmu tidak bisa mewujudkannya karena dia meninggal sepuluh tahun yang lalu sehingga mereka datang kembali untuk mencari yang tertinggal yaitu keturunan Arimbi....dan keturunan terakhir adalah kamu...”
            Akhirnnya aku mengerti arti mimpiku ini. Mereka datang dalam mimpiku agar aku bisa datang ketempat ini dan mengetahuinya rahasia ini. Aku membuka pintu rumah ini. Akupun masuk kedalamnya dan melihat bahwa rumah ini tak berubah sedikipun walau sudah enampuluh tahun lamanya dan ketika aku membuka pintu belakang. Ada sebuah pemandangan yang sangat indah.
“Terima kasih...untuk kalian yang sudah datang dalam mimpiku. Aku akan menjaga rumah ini...” Kataku sambil menutup pintu dan aku kembali mendengar sayup-sayup seseorang berkata.
“Terima kasih juga sayang....akhirnya kau datang”
Dan akupun tersenyum.....


0 komentar:

Posting Komentar